Alkisah, Butet si Gadis Cantik dari Batak akan menghadapi ujian semester. Agar bisa konsentrasi, dia memutuskan menyepi ke villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di
Pasaribu Cipanas.
Beberapa pemuda tanggung langsung
hutasoit-soit melihat Butet yang seksi itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan
sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring
naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang dibakar dengan
batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok
nababan yang hijau segar.
Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana ber
bukit-bukit. Kadang
nainggolan, kadang
manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak
pohan. Kebanyakan
pohan "
tanjung". Beberapa diantaranya ada yang
simatupang diterjang badai semalam.
Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, "Wow...
siregar sekali hawanya, berbeda dengan jakarta yang
panggabean penuh asap. Hembusan
perangin-anginpun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh
simarmata memandang warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang
girsang.
Mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam renang yang akan di
hutahuruk dengan
tambunan tanah.
Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja. Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar "
Sinaga...!" teriaknya sambil lari
sitanggang-langgang.
Celakanya dia malah terpeleset dari
tobing yg tinggi sehingga bibirnya
sihombing. Kasihan sekali..., Butet menangis
marpaung-paung lantaran kesakitan.
Tetapi..., dia lantas ingat... bahwa sebagai orang batak pantang untuk menangis. Dia harus
togar...! Maka, dengan menguatkan hati, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan
panjaitan terhadap bibirnya yang
sihombing itu. Mantri puskesmas tergopoh-gopoh
simangunsong di pintu untuk menolongnya.
"Hem... ongkosnya
pangaribuan..." kata mantri setelah memeriksa sejenak.
"Itu terlalu mahal... bagaimana kalau
napitupulu saja..." tawar si Butet
"
Napitupulu terlalu murah, mengertilah saya sebagai PNS
pandapotan saya khan kecil sekali, ekonomi keluarga saya sudah sangat
ginting sekali" kata mantri memelas
"Jangan begitulah, masa tidak
siahaan melihat bibir saya begini?".
"Baiklah, tapi
panjaitan-nya pakai jarum
sitompul saja" sahut mantri mulai agak kesal
"Cepatlah...! aku sudah hampir
munthe, yach...
saragih sedikit tidak apa-apalah, dari pada bibirku
sihombing terus"
Malamnya...,
Ketika sedang asik belajar sambil makan kue
lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan
rajagukguk. Wah... Butet
bonar-
bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi "
Poltak...!" keras sekali.
"Ada
situmorang...!", "Sialan, cuma kucing..." desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang
silaen-laen.
Selesai belajar...,
Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery chanel yang menampilkan
hutabarat Amazon di Kanada yg terkenal itu serta
simamora gajah purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu nasional RI yang terkenal dengan seruannya "
Simanjuntak gentar,
sinambela yang benar...!".
Keesokan harinya...,
Butet kembali ke jakarta dan langsung pergi ke kampus. Di depan ruang ujian dia membaca tulisan "
Harahap tenang, ada ujian".
Butet bergumam "ah... aku kan
marpaung, boleh ribut dong... !".